Sebagai pentolan oposisi, Fadli Zon memang kerap kali mempermasalahkan setiap gerak-gerik dan kegiatan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Segala tindak tanduk Presiden selalu dinyinyirinya di Twitter.
Salah satunya adalah saat momentum liburan keluarga Jokowi yang dianggap pencitraan untuk menutupi kegagalan ekonomi dengan mengundang wartawan.
Pernyataan tersebut memang aneh, karena sebagai tokoh negara sudah pasti Jokowi adalah media darling menjadi sumber berita bagi wartawan.
Tidak ada alasan untuk menyinyiri liburan keluarga Jokowi yang sangat tampak indah dan perlu dibanggakan. Hal ini belum tentu bisa dilakukan oleh capres junjungannya.
Dalam kasus lain, Fadli juga pernah turut campur terkait kasus RS Sumber Waras yang sebenarnya bukan merupakan wilayahnya. Ia tampak sekali tidak memahami tugas, fungsi, peran dan tanggung jawab KPK sebagai lembaga penyelidik.
Pernyataan Fadli yang berisi keinginan untuk memperhadapkan KPK dan BPK adalah sikap emosional pribadi, emosi kelompok kepentingan yang subjektif. Ini contoh yang tidak baik dari tokoh publik.
Fadli pernah pula bersemangat dengan membuat hoaks yang mengatakan bahwa dirinya menjadi bagian dari pembentukan PBB.
Pernyataan ini langsung dibantah oleh Wakil Sekjen Partai Bulan Bintang (PBB) Bidang Komunikasi dan Opini Publik, Solihin Pure. Menurutnya, Fadli memang pernah menjadi pengurus PBB, namun bukan masuk dalam jajaran pendiri partai.
Terakhir, sikap inkonsistensi Fadli juga terlihat dari nyinyiran dan realisasi kerjanya yang tak sinkron. Dia tak mampu berkaca pada diri sendiri serta tidak kompeten di pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya.
Sebagai Wakil Ketua DPR RI, tak banyak prestasi yang bisa dibanggakan darinya. Justru hal-hal receh yang muncul ke permukaan, seperti puisi dan (tentu) nyinyiran. Misalnya, rapat paripurna DPR RI terakhir pun sepi kehadiran anggota.
Yang ada justru Genderuwo ada Pocong, bawa duit berkardus-kardus. Ada bangku terlihat kosong, yang penting Twitteran jalan terus, begitulah sang Fadli Zonk.
Salah satunya adalah saat momentum liburan keluarga Jokowi yang dianggap pencitraan untuk menutupi kegagalan ekonomi dengan mengundang wartawan.
Pernyataan tersebut memang aneh, karena sebagai tokoh negara sudah pasti Jokowi adalah media darling menjadi sumber berita bagi wartawan.
Tidak ada alasan untuk menyinyiri liburan keluarga Jokowi yang sangat tampak indah dan perlu dibanggakan. Hal ini belum tentu bisa dilakukan oleh capres junjungannya.
Dalam kasus lain, Fadli juga pernah turut campur terkait kasus RS Sumber Waras yang sebenarnya bukan merupakan wilayahnya. Ia tampak sekali tidak memahami tugas, fungsi, peran dan tanggung jawab KPK sebagai lembaga penyelidik.
Pernyataan Fadli yang berisi keinginan untuk memperhadapkan KPK dan BPK adalah sikap emosional pribadi, emosi kelompok kepentingan yang subjektif. Ini contoh yang tidak baik dari tokoh publik.
Fadli pernah pula bersemangat dengan membuat hoaks yang mengatakan bahwa dirinya menjadi bagian dari pembentukan PBB.
Pernyataan ini langsung dibantah oleh Wakil Sekjen Partai Bulan Bintang (PBB) Bidang Komunikasi dan Opini Publik, Solihin Pure. Menurutnya, Fadli memang pernah menjadi pengurus PBB, namun bukan masuk dalam jajaran pendiri partai.
Terakhir, sikap inkonsistensi Fadli juga terlihat dari nyinyiran dan realisasi kerjanya yang tak sinkron. Dia tak mampu berkaca pada diri sendiri serta tidak kompeten di pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya.
Sebagai Wakil Ketua DPR RI, tak banyak prestasi yang bisa dibanggakan darinya. Justru hal-hal receh yang muncul ke permukaan, seperti puisi dan (tentu) nyinyiran. Misalnya, rapat paripurna DPR RI terakhir pun sepi kehadiran anggota.
Yang ada justru Genderuwo ada Pocong, bawa duit berkardus-kardus. Ada bangku terlihat kosong, yang penting Twitteran jalan terus, begitulah sang Fadli Zonk.
KELAKUAN FADLI ZON NYINYIR DI TWITTER TAK ADA HABISNYA PRESTASI KERJA NOL BESAR
Reviewed by MCH
on
December 14, 2018
Rating:
No comments: