Menjelang pemilu yang akan berlangsung tahun depan, romantisme orde baru kembali digelorakan. Adalah Titiek Soeharto yang kali pertama mencuit pernyataan ingin kembali pada kesuksesan masa Orde Baru jika pasangan yang diusung partainya, Partai Berkarya, Prabowo Subianto mampu memenangkan kontestasi pemilihan presiden tahun depan.
Meski banyak pihak yang merasa "jualan" romantisme masa orde baru sudah tak laku dimasa sekarang, namun tak sedikit pula yang merasa bahwa hidup di era orde baru jauh lebih enak dibandingkan dengan jaman sekarang. Romantisme semacam ini terutama dirasakan oleh orang - orang berumur yang pernah merasakan hidup di era orde baru.
Meski banyak pihak yang merasa "jualan" romantisme masa orde baru sudah tak laku dimasa sekarang, namun tak sedikit pula yang merasa bahwa hidup di era orde baru jauh lebih enak dibandingkan dengan jaman sekarang. Romantisme semacam ini terutama dirasakan oleh orang - orang berumur yang pernah merasakan hidup di era orde baru.
Bagi mereka, hidup di era Presiden Soeharto jauh lebih nyaman dan sejahtera di banding hidup di era reformasi. Bahkan sering kita temui meme Pak Harto tersenyum dengan tulisan "Enak jamanku to?" yang sering digunakan untuk menggambarkan "enaknya" hidup di era itu.
Padahal jika ditelusuri kembali, apa sih enaknya hidup di masa itu, serempak pasti akan menjawab karena kebutuhan pokok kala itu dirasa mudah didapat, harganya terjangkau, dan sehingga mereka merasa hidupnya nyaman dan sejahtera. Lalu, jika di comparedengan keadaan jaman now bagaimana?
Apakah diera reformasi ini sebegitu sulitnya hidup sampai - sampai banyak pihak yang ingin mengulang kembali romantisme era orde baru?
Jawabannya, bisa iya, bisa pula tidak. Kenapa begitu? Coba bayangkan, apa sih standar orde baru yang membuat mereka merasa nyaman? Apakah hanya kebutuhan pokok yang merupakan kebutuhan primer saja? Bagaimana dengan kebutuhan sekunder dan tersier? Apakah tercukupi juga? Apakah dulu semua orang punya pesawat televisi seperti sekarang? Apakah dulu semua orang hampir punya sepeda motor seperti sekarang? Telepon? Mobil? Dan sebagainya?
Jawabannya, bisa iya, bisa pula tidak. Kenapa begitu? Coba bayangkan, apa sih standar orde baru yang membuat mereka merasa nyaman? Apakah hanya kebutuhan pokok yang merupakan kebutuhan primer saja? Bagaimana dengan kebutuhan sekunder dan tersier? Apakah tercukupi juga? Apakah dulu semua orang punya pesawat televisi seperti sekarang? Apakah dulu semua orang hampir punya sepeda motor seperti sekarang? Telepon? Mobil? Dan sebagainya?
Jikapun dimasa itu orang sudah merasa sejahtera karena tercukupi kebutuhan primernya, itu tidak salah. Sehingga oleh karenanya, jika ada orang lain yang mampu memenuhi kebutuhan diluar kebutuhan primernya, misalnya saja ada orang yang mampu membeli sepeda motor maka pada saat itu orang tersebut sudah dianggap mampu dan kaya. Kalau sekarang, apakah masih berlaku hal yang sama?
Tentu tidak, karena standarnya sudah berubah. Sekarang punya mobil kijang lawas aja dianggap nggak mampu. Sehingga karena standar kemakmuran yang berubah itulah, maka standar nyaman dan "enak" nya hidup juga berubah.
Hidup diera Pak Harto, jika sandang, pangan, dan papannya sudah tercukupi maka ia sudah merasa enak hidupnya. Tapi hidup diera sekarang yang katanya apa - apa mahal, kebutuhan semakin tak terjangkau, tapi hampir sebagian besar masyarakat kita mampu membeli smartphone yang notabene bukan kebutuhan primer.
Hidup diera Pak Harto, jika sandang, pangan, dan papannya sudah tercukupi maka ia sudah merasa enak hidupnya. Tapi hidup diera sekarang yang katanya apa - apa mahal, kebutuhan semakin tak terjangkau, tapi hampir sebagian besar masyarakat kita mampu membeli smartphone yang notabene bukan kebutuhan primer.
Hampir semua orang mampu membeli kendaraan, meski harus mencicil. Bahkan dalam satu keluarga saja tak hanya satu kendaraan yang dimiliki. Lalu, sebenarnya kalau dipikir-pikir masih lebih "enak" jaman sekarang atau dulu sih?
ENAK JAMANKU ATAU ENAK JAMAN SEKARANG ?
Reviewed by MCH
on
December 03, 2018
Rating:
No comments: