Contoh makalah agama islam kali ini berjudul makna tauhid dalam islam yang bisa menjadi sumber informasi singkat bagi yang mencari contoh artikel dan makalah dengan topik agama islam. Silahkan disimak!
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam Agama Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada Aqidah Islamiyah. Kalimat Tauhid yang lebih dikenal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimah Thayyibah begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya, seorang muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat wajibnya yang lima waktu.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah 'Aqidah menjadi sesuatu yang terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan masyarakat yang hedonis dengan persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan-urusan dunia menjadi suatu hal yang menyita perhatian manusia daripada hal-hal lainnya, termasuk masalah keagamaan, sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang semakin hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan menyadarkan kita semua akan pentingnya peran agama Islam sebagai agama yang tidak mengatur urusan akhirat saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan duniawi, yang menjadikan aqidah sebagai landasan berfikirnya.
Bahkan banyak dari umat Islam yang hanya mengenal agama Islam dengan hanya yakin dan percaya bahwa Allah SWT adalah Tuhannya. Mereka tidak mengenal secara luas tentang Tauhid dan bagaimana cara mengesakan Allah SWT, sehingga mereka hanya yakin dan percaya dengan Islam tanpa adanya Ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Tauhid itu?
2. Apakah hakekat dan inti Tauhid itu?
3. Apakah keutamaan Tauhid?
4. Apakah keagungan kalimat Taauhid itu sendiri?
5. Apakah kesempurnaan Tauhid
BAB II
PEMBAHASAN
I. PEMBAHASAN MASALAH
1. Pengertian Tauhid
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Renungkanlah QS. Al Ikhlash ayat 1 s.d. 4 :
Artinya:
1. Katakanlah (Muhammad) : “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah adalah tempat meminta segala sesuatu
3. (Allah) tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
Firman Allah dalam QS. Adz Dzaariyaat ayat 56 :
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.”
Bila kita cermati ayat-ayat Al-Quran di atas, sangatlah jelas bahwa Allah adalah satu dan kita wajib beribadah kepada Allah SWT serta janganlah menyutukanNya dengan apapun. Menyembah atau beribadah kepada Allah SWT ialah penghambaan diri kepada Allah Taala dgn menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sebagaimana yg telah disampaikan oleh Rasulullah saw. Inilah hakikat agama Islam krn Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada Allah semata-mata yg disertai dgn kepatuhan mutlak kepada-Nya dgn penuh rasa rendah diri dan cinta. Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan baik lahir maupun batin yg dicintai dan diridai Allah. Suatu amal diterima oleh Allah sebagai suatu ibadah apabila ikhlas krn Allah dan mengikuti dan sesuai tuntunan Rasulullah saw.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.
Beriman kepada Allah SWT terwujud dalam empat perkara:
· Beriman kepada Wujud Allah
· Beriman kepada Rububiyah Allah
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu ‘Rabb’. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-Murabbi (pemelihara), al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Mushlih (yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan) dan al-Wali (wali). Dan dalam syariat Islam, istilah Tauhid Rububiyah berarti: “Percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.
· Beriman kepada Uluhiyah Allah
Tauhid yang mempercayai bahwa hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah, memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan merendah serta tidak kepada yang lain. Makna Uluhiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah lah Tuhan yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. Tauhid Uluhiyah merupakan ujung ruh Al Qur’an, yang karenanya para Rasul diutus, yang karenanya ada pahala dan siksa, dan karenanya keikhlasan beragama kepada Allah terealisasi.
· Beriman kepada Asma’ dan sifat Allah.
Tauhid yang mempercayai bahwa hanya Allah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan. Atau menetapkan asma’ dan sifat Allah berdasarkan apa yang ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al Qur’an maupun sunnah Rasul-Nya.
2. Hakekat dan Inti Tauhid
Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selainNya tanpa sebab atau perantara. Seseorang melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dan semisalnya, semuanya berasal dariNya SWT. Seseorang menyembahNya dengan ibadah yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada yang lain. Tauhid itu adalah pangkal ibadah. Praktik tauhid adalah praktik syahadat secara nyata. Inilah praktek beragama yang paling sulit karena di dalamnya terdapat hambatan-hambatan serta rintangan-rintangan dan godaan-godaan besar yang akan menjumpai tiap orang yg menempuhnya. Hanya atas pertolongan taufik dan hidayah Allah sajalah tiap hamba dapat menempuhnya dengan benar dan selamat.
3. Keutamaan Tauhid
· Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya Muhammad SAW adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, serta kalimah-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam dan Ruh dari-Nya. Dan (siapa yang bersaksi dan meyakini bahwa) surga adalah benar, neraka adalah benar, niscaya Allah SWT memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah ada”.
· Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, ‘Wahai keturunan Adam, selama kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku, niscaya Kuampuni semua dosa kalian dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosanya). Wahai keturunan Adam, jika dosamu telah sama ke atas langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Kuampuni dan Aku tidak peduli (sebanyak apapun dosamu). Wahai keturunan Adam, jika engkau datang kepadanya dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuhnya (bumi).” HR. At-Tirmidzi.
4. Keagungan Kalimat Tauhid
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Nabi Nuh ‘alaihissalam tatkala menjelang kematiannya, beliau berkata kepada anaknya, “Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu: Aku perintahkan kepadamu dua perkara dan melarangmu dari dua perkara. Saya perintahkan kepadamu dengan kalimat laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah). Sesungguhnya seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi diletakkan dalam satu daun timbangan dan kalimah laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah) diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaaha illallah lebih berat. Dan jikalau tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi merupakan sebuah lingkaran yang samar, niscaya dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha illallah dan subhanallahi wabihamdih (maha suci Allah dan dengan memujian-Nya), sesungguhnya ia merupakan inti dari semua ibadah. Dengannya makhluk diberi rizqi. Dan aku melarangmu dari perbuatan syirik dan takabur…” HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.
5. Kesempurnaan Tauhid
Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut, seperti firman Allah SWT (QS. An-Nahl :36) yang artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT. Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:
1. Iblis (semoga Allah SWT melindungi kita darinya),
2. Siapa yang disembah sedangkan dia ridha
3. Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4. Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5. Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT
II. ANALISIS
Menurut saya, tauhid adalah landasan dari setiap orang yang beragama Islam, bahkan saat kita mengikrarkan diri masuk agama Islam, kita sudah mengucapkan kalimat syahadat yang didalamnya terdapat kalimat Asyhaduallailahaillallah yang berarti saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang berarti kita telah meyakini bahwa Allah itu Esa dan tidak ada yang mempersekutukannya. Dan sebagai konsekuensi atas kesaksian kita dan pengakuan kita terhadap Allah, maka kita harus mau menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sebagain wujud tauhid kita terhadap Allah SWT. Selain itu, kita sebagai manusia memang sepantasnya menyadari bahwa kita sebagai makhluk Allah dan sebagai hamba-Nya memiliki tugas untuk beribadah kepada-Nya dan bertakwa pada-Nya.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tauhid berarti seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Selain itu tauhid juga bila kita mampu memahami dan memaknainya dengan baik memiliki keagungan dalam kalimatnya, keutamaan, dan kesempurnaan sesuai dengan Al Quran dan Sunnah.
Dan kita sebagai seorang muslim harus mampu menyelami dan menerapkan sikap tauhid dalam hidup kita supaya kita mendapatkan keridhoan Allah dalam dunia dan akhirat.
II. SARAN
Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan mahasiswa pada khususnya dan umat Islam pada umumnya dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah SWT serta dapat mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan yang patut disembah, kita akan terhindar dari perbuatan syirik. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dilindungi Allah SWT dari perbuatan syirik yang mengantar kita ke neraka jahanam. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.islamhouse.com/
http://www.perpustakaan-islam.com/
http://sabdaislam.wordpress.com/2009/12/16/bab-6-penjelasan-tentang-makna-tauhid/
http://indonesiaindonesia.com/f/5168-pengertian-tauhid/
http://blog.re.or.id/makna-tauhid.htm
------
Demikian contoh singkat makalah agama islam pada postingan kali ini. Semoga contoh diatas bisa menjadi referensi yang bermanfaat untuk pembaca.
Contoh Makalah Agama Islam
------MAKNA TAUHID DALAM ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam Agama Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada Aqidah Islamiyah. Kalimat Tauhid yang lebih dikenal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimah Thayyibah begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya, seorang muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat wajibnya yang lima waktu.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah 'Aqidah menjadi sesuatu yang terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan masyarakat yang hedonis dengan persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan-urusan dunia menjadi suatu hal yang menyita perhatian manusia daripada hal-hal lainnya, termasuk masalah keagamaan, sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang semakin hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan menyadarkan kita semua akan pentingnya peran agama Islam sebagai agama yang tidak mengatur urusan akhirat saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan duniawi, yang menjadikan aqidah sebagai landasan berfikirnya.
Bahkan banyak dari umat Islam yang hanya mengenal agama Islam dengan hanya yakin dan percaya bahwa Allah SWT adalah Tuhannya. Mereka tidak mengenal secara luas tentang Tauhid dan bagaimana cara mengesakan Allah SWT, sehingga mereka hanya yakin dan percaya dengan Islam tanpa adanya Ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Tauhid itu?
2. Apakah hakekat dan inti Tauhid itu?
3. Apakah keutamaan Tauhid?
4. Apakah keagungan kalimat Taauhid itu sendiri?
5. Apakah kesempurnaan Tauhid
BAB II
PEMBAHASAN
I. PEMBAHASAN MASALAH
1. Pengertian Tauhid
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Renungkanlah QS. Al Ikhlash ayat 1 s.d. 4 :
Artinya:
1. Katakanlah (Muhammad) : “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah adalah tempat meminta segala sesuatu
3. (Allah) tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
Firman Allah dalam QS. Adz Dzaariyaat ayat 56 :
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.”
Bila kita cermati ayat-ayat Al-Quran di atas, sangatlah jelas bahwa Allah adalah satu dan kita wajib beribadah kepada Allah SWT serta janganlah menyutukanNya dengan apapun. Menyembah atau beribadah kepada Allah SWT ialah penghambaan diri kepada Allah Taala dgn menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sebagaimana yg telah disampaikan oleh Rasulullah saw. Inilah hakikat agama Islam krn Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada Allah semata-mata yg disertai dgn kepatuhan mutlak kepada-Nya dgn penuh rasa rendah diri dan cinta. Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan baik lahir maupun batin yg dicintai dan diridai Allah. Suatu amal diterima oleh Allah sebagai suatu ibadah apabila ikhlas krn Allah dan mengikuti dan sesuai tuntunan Rasulullah saw.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.
Beriman kepada Allah SWT terwujud dalam empat perkara:
· Beriman kepada Wujud Allah
· Beriman kepada Rububiyah Allah
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu ‘Rabb’. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-Murabbi (pemelihara), al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Mushlih (yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan) dan al-Wali (wali). Dan dalam syariat Islam, istilah Tauhid Rububiyah berarti: “Percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.
· Beriman kepada Uluhiyah Allah
Tauhid yang mempercayai bahwa hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah, memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan merendah serta tidak kepada yang lain. Makna Uluhiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah lah Tuhan yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. Tauhid Uluhiyah merupakan ujung ruh Al Qur’an, yang karenanya para Rasul diutus, yang karenanya ada pahala dan siksa, dan karenanya keikhlasan beragama kepada Allah terealisasi.
· Beriman kepada Asma’ dan sifat Allah.
Tauhid yang mempercayai bahwa hanya Allah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan. Atau menetapkan asma’ dan sifat Allah berdasarkan apa yang ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al Qur’an maupun sunnah Rasul-Nya.
2. Hakekat dan Inti Tauhid
Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selainNya tanpa sebab atau perantara. Seseorang melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dan semisalnya, semuanya berasal dariNya SWT. Seseorang menyembahNya dengan ibadah yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada yang lain. Tauhid itu adalah pangkal ibadah. Praktik tauhid adalah praktik syahadat secara nyata. Inilah praktek beragama yang paling sulit karena di dalamnya terdapat hambatan-hambatan serta rintangan-rintangan dan godaan-godaan besar yang akan menjumpai tiap orang yg menempuhnya. Hanya atas pertolongan taufik dan hidayah Allah sajalah tiap hamba dapat menempuhnya dengan benar dan selamat.
3. Keutamaan Tauhid
· Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya Muhammad SAW adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, serta kalimah-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam dan Ruh dari-Nya. Dan (siapa yang bersaksi dan meyakini bahwa) surga adalah benar, neraka adalah benar, niscaya Allah SWT memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah ada”.
· Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, ‘Wahai keturunan Adam, selama kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku, niscaya Kuampuni semua dosa kalian dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosanya). Wahai keturunan Adam, jika dosamu telah sama ke atas langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Kuampuni dan Aku tidak peduli (sebanyak apapun dosamu). Wahai keturunan Adam, jika engkau datang kepadanya dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuhnya (bumi).” HR. At-Tirmidzi.
4. Keagungan Kalimat Tauhid
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Nabi Nuh ‘alaihissalam tatkala menjelang kematiannya, beliau berkata kepada anaknya, “Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu: Aku perintahkan kepadamu dua perkara dan melarangmu dari dua perkara. Saya perintahkan kepadamu dengan kalimat laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah). Sesungguhnya seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi diletakkan dalam satu daun timbangan dan kalimah laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah) diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaaha illallah lebih berat. Dan jikalau tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi merupakan sebuah lingkaran yang samar, niscaya dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha illallah dan subhanallahi wabihamdih (maha suci Allah dan dengan memujian-Nya), sesungguhnya ia merupakan inti dari semua ibadah. Dengannya makhluk diberi rizqi. Dan aku melarangmu dari perbuatan syirik dan takabur…” HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.
5. Kesempurnaan Tauhid
Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut, seperti firman Allah SWT (QS. An-Nahl :36) yang artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT. Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:
1. Iblis (semoga Allah SWT melindungi kita darinya),
2. Siapa yang disembah sedangkan dia ridha
3. Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4. Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5. Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT
II. ANALISIS
Menurut saya, tauhid adalah landasan dari setiap orang yang beragama Islam, bahkan saat kita mengikrarkan diri masuk agama Islam, kita sudah mengucapkan kalimat syahadat yang didalamnya terdapat kalimat Asyhaduallailahaillallah yang berarti saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang berarti kita telah meyakini bahwa Allah itu Esa dan tidak ada yang mempersekutukannya. Dan sebagai konsekuensi atas kesaksian kita dan pengakuan kita terhadap Allah, maka kita harus mau menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sebagain wujud tauhid kita terhadap Allah SWT. Selain itu, kita sebagai manusia memang sepantasnya menyadari bahwa kita sebagai makhluk Allah dan sebagai hamba-Nya memiliki tugas untuk beribadah kepada-Nya dan bertakwa pada-Nya.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tauhid berarti seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Selain itu tauhid juga bila kita mampu memahami dan memaknainya dengan baik memiliki keagungan dalam kalimatnya, keutamaan, dan kesempurnaan sesuai dengan Al Quran dan Sunnah.
Dan kita sebagai seorang muslim harus mampu menyelami dan menerapkan sikap tauhid dalam hidup kita supaya kita mendapatkan keridhoan Allah dalam dunia dan akhirat.
II. SARAN
Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan mahasiswa pada khususnya dan umat Islam pada umumnya dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah SWT serta dapat mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan yang patut disembah, kita akan terhindar dari perbuatan syirik. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dilindungi Allah SWT dari perbuatan syirik yang mengantar kita ke neraka jahanam. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.islamhouse.com/
http://www.perpustakaan-islam.com/
http://sabdaislam.wordpress.com/2009/12/16/bab-6-penjelasan-tentang-makna-tauhid/
http://indonesiaindonesia.com/f/5168-pengertian-tauhid/
http://blog.re.or.id/makna-tauhid.htm
------
Demikian contoh singkat makalah agama islam pada postingan kali ini. Semoga contoh diatas bisa menjadi referensi yang bermanfaat untuk pembaca.
Contoh Makalah Agama Islam
Reviewed by MCH
on
February 25, 2015
Rating:
No comments: